1. Awal dideteksi
Hipertensi
dapat dideteksi dengan mudah dengan alat pengukur tekanan darah yang
disebut tensimeter. Tensimeter tersedia dibanyak tempat, mulai dari
puskesmas sampai dengan RS. Tensimeter elektronik yang terstandarisasi
tersediia pula dalam banyak pilihan. Ajukan pertanyaan ini kepada diri
anda sendiri dan orang-orang di sekiatr anda “tahukah tekanan darah anda
bulan ini?” bila belum mungkin anda kurang peduli dengan hipertensi.
Pengukuran tekanan darah yang terstandarisasi oleh petugas kesehatan
yang terlatih merupakan prosedur yang cepat dan murah untuk mendeteksi
hipertensi.
2. Awal diagnosisnya
Diagnosis
hipertensi ditegakkan dengan melakukan pengukuran tekanan darah dengan
cara yang sesuai 2 kali atau lebih di 2 kesempatan yang berbeda. Bila
tekaan darah konsisten diatas 140/ 90 mmHg, maka seseorang dinyatakan
menderita hipertensi. Pada saat diagnosis hipertensi ditegakkan, maka
penjelasan yang memadai akan bahaya hipertensi, dan cara pengobatan yang
benar harus diberikan. Faktor risiko yang lain harus pula dicari secara
sistematik. Risiko serangan jantung dan stroke akan meningkat berlipat
ganda bila seseorang yang memiliki hipertensi juga menderita diabetes,
dislipidemia (kadar lemak darah yang tinggi), dan merokok.
3. Awal diberi terapi
Begitu
diagnosis hipertensi ditegakkan, maka langkah berikutnya adalah
memberikan terapi yang tepat. Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu: (1) perubahan pola hidup, dan (2) terapi obat anti
hipertensi. Perubahan pola hidup harus disarankan pada semua pasien
hipertensi, yang meliputi: mengurangi konsumsi garam, olahraga teratur,
berhenti merokok, turunkan berat badan berlebih, dan menghindari stress.
Pasien yang meminum obat anti hipertensi tetap harus mengikuti
perubahan pola hidup yang dianjurkan. Pilihan jenis obat, cara
pemakaian, dosis, dan ketaatan minum obat harus didiskusikan secara
seksama dengan dokter yang merawat. Kepatuhan akan terapi harus
dijelaskan secara mendetail pada pasien. Demikian pula pemantauan hasil
terapi. Kunjungan berkala untuk memonitor hasil terapi sangat
diperlukan.
4. Awal dipantau hasil terapi
Segera
setelah terapi dimulai, maka pasien hipertensi harus dipantau secara
berkala mengenai hasil terapi. Pertanyaan yang mendasar “apakah target
tekanan darah pasien telah tercapai ?” Target tekanan darah yang
dianjurkan adalah ≤ 130/80 mmHg. Pada pasien dengan kondisi
diabetes dan gagal ginjal, maka target tekanan darah tersebut harus
lebih rendah. Apabila seorang pasien telah berhasil mencapai target
tekanan darahnya hanya dengan perubahan pola hidup, maka hal tersebut
harus dipertahankan. Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan
perubahan pola hidup, maka terapi dengan obat anti hipertensi harus
segera dimulai. Studi terdahuu memperlihatkan bahwa hanya 50% pasien
hipertensi yang berobat, dan diantara yang berobat hanya 50% yang
berhasil mencapai tekanan darah yang diinginkan. Penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari 30% pasien hipertensi bahkan memerlukan lebih dari 1
macam obat anti hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang
diinginkan.
5. Awal dicari komplikasinya
Hipertensi adalah “the silent killer”.
Pasien datang berobat ketika telah muncul komplikasi (gagal jantung,
stroke, dan gagal ginjal). Komplikasi harus dideteksi secara awal dan
diberi tatalaksana yang tepat. Deteksi dini komplikasi dapat dilakukan
dengan USG doppler untuk melihat penebalan dan pengerasan pembuluh darah
karotis di leher, atau dengan memeriksaa albumin di urine yang
menandakan kebocoran ginjal. Rontgen dada dan/ atau EKG dapat dilakuakn
untuk melihat pembesaran jantung. Pengerasan dan penebalan dinding
pembuluh darah di otak dapat dinilai dengan TCD (Trans Cranial Doppler). Tatalaksana
yang dini dan tepat pada komplikasi hipertensi tentu diharapkan memberi
hasil yang baik pula. Pada pasien dengan tanda awal komplikasi, maka
pengobatan haruslah lebih agresif untuk dapat mencapai target tekanan
darah yang diinginkan.
Tabel . Modifikasi Gaya Hidup Dalam Penanganan Hipertensi*†
Modifikasi
|
Rekomendasi
|
Perkiraan Penurunan Tekanan Darah Sistolik (Skala)
|
Menurunkan
Berat Badan
|
Memelihara Berat Badan Normal
(Indeks Massa Tubuh 18.5–24.9 kg/m2).
|
5-20 mmHg/ 10 kg penurunan Berat Badan
|
Melakukan pola diet berdasarkan DASH
|
Mengkonsumsi
makanan yang kaya dengan buah-buahan, sayuran, produk makanan yang
rendah lemak, dengan kadar lemak total dan saturasi yang rendah.
|
8 – 14 mmHg
|
Diet Rendah Natrium
|
Menurunkan Intake Garam sebesar 2-8 mmHg tidak lebih dari 100 mmol per-hari (2.4 gr Natrium atau 6 gr garam).
|
2-8 mmHg
|
Olahraga
|
Melakukan
Kegiatan Aerobik fisik secara teratur, seperti jalan cepat (paling
tidak 30 menit per-hari, setiap hari dalam seminggu).
|
4 – 9 mmHg
|
Membatasi Penggunaan Alkohol
|
Membatasi
konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas ( 1 oz atau 30 ml ethanol;
misalnya 24 oz bir, 10 oz anggur, atau 3 0z 80 whiski) per-hari pada
sebagian besar laki-laki dan tidak lebih dari 1 gelas per-hari pada
wanita dan laki-laki yang lebih kurus.
|
2 -4 mmHg
|
DASH, Pendekatan Diet Untuk Menghentikan Hipertensi
* Untuk semua penurunan resiko kardiovaskuler, berhenti merokok
† Efek implementasi dari modifikasi di atas bergantung pada dosis dan waktu, dan lebih baik pada beberapa orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar