Senin, 10 Maret 2014

Penanganan Awal Klien dengan Hipertensi

[algoritme6.jpg]    

      1.     Awal dideteksi
Hipertensi dapat dideteksi dengan mudah dengan alat pengukur tekanan darah yang disebut tensimeter. Tensimeter tersedia dibanyak tempat, mulai dari puskesmas sampai dengan RS. Tensimeter elektronik yang terstandarisasi tersediia pula dalam banyak pilihan. Ajukan pertanyaan ini kepada diri anda sendiri dan orang-orang di sekiatr anda “tahukah tekanan darah anda bulan ini?” bila belum mungkin anda kurang peduli dengan hipertensi. Pengukuran tekanan darah yang terstandarisasi oleh petugas kesehatan yang terlatih merupakan prosedur yang cepat dan murah untuk mendeteksi hipertensi.
      
      2.     Awal diagnosisnya
Diagnosis hipertensi ditegakkan dengan melakukan pengukuran tekanan darah dengan cara yang sesuai 2 kali atau lebih di 2 kesempatan yang berbeda. Bila tekaan darah konsisten diatas 140/ 90 mmHg, maka seseorang dinyatakan menderita hipertensi. Pada saat diagnosis hipertensi ditegakkan, maka penjelasan yang memadai akan bahaya hipertensi, dan cara pengobatan yang benar harus diberikan. Faktor risiko yang lain harus pula dicari secara sistematik. Risiko serangan jantung dan stroke akan meningkat berlipat ganda bila seseorang yang memiliki hipertensi juga menderita diabetes, dislipidemia (kadar lemak darah yang tinggi), dan merokok.
     
      3.     Awal diberi terapi
Begitu diagnosis hipertensi ditegakkan, maka langkah berikutnya adalah memberikan terapi yang tepat. Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: (1) perubahan pola hidup, dan (2) terapi obat anti hipertensi. Perubahan pola hidup harus disarankan pada semua pasien hipertensi, yang meliputi: mengurangi konsumsi garam, olahraga teratur, berhenti merokok, turunkan berat badan berlebih, dan menghindari stress. Pasien yang meminum obat anti hipertensi tetap harus mengikuti perubahan pola hidup yang dianjurkan. Pilihan jenis obat, cara pemakaian, dosis, dan ketaatan minum obat harus didiskusikan secara seksama dengan dokter yang merawat. Kepatuhan akan terapi harus dijelaskan secara mendetail pada pasien. Demikian pula pemantauan hasil terapi. Kunjungan berkala untuk memonitor hasil terapi sangat diperlukan.
     
       4.     Awal dipantau hasil terapi
Segera setelah terapi dimulai, maka pasien hipertensi harus dipantau secara berkala mengenai hasil terapi. Pertanyaan yang mendasar “apakah target tekanan darah pasien telah tercapai ?” Target tekanan darah yang dianjurkan adalah ≤ 130/80 mmHg. Pada pasien dengan kondisi diabetes dan gagal ginjal, maka target tekanan darah tersebut harus lebih rendah. Apabila seorang pasien telah berhasil mencapai target tekanan darahnya hanya dengan perubahan pola hidup, maka hal tersebut harus dipertahankan. Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan perubahan pola hidup, maka terapi dengan obat anti hipertensi harus segera dimulai. Studi terdahuu memperlihatkan bahwa hanya 50% pasien hipertensi yang berobat, dan diantara yang berobat hanya 50% yang berhasil mencapai tekanan darah yang diinginkan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 30% pasien hipertensi bahkan memerlukan lebih dari 1 macam obat anti hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
  
      5.     Awal dicari komplikasinya
Hipertensi adalah “the silent killer”. Pasien datang berobat ketika telah muncul komplikasi (gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal). Komplikasi harus dideteksi secara awal dan diberi tatalaksana yang tepat. Deteksi dini komplikasi dapat dilakukan dengan USG doppler untuk melihat penebalan dan pengerasan pembuluh darah karotis di leher, atau dengan memeriksaa albumin di urine yang menandakan kebocoran ginjal. Rontgen dada dan/ atau EKG dapat dilakuakn untuk melihat pembesaran jantung. Pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah di otak dapat dinilai dengan TCD (Trans Cranial Doppler).  Tatalaksana yang dini dan tepat pada komplikasi hipertensi tentu diharapkan memberi hasil yang baik pula. Pada pasien dengan tanda awal komplikasi, maka pengobatan haruslah lebih agresif untuk dapat mencapai target tekanan darah yang diinginkan. 

Tabel . Modifikasi Gaya Hidup Dalam Penanganan Hipertensi*
Modifikasi
Rekomendasi
Perkiraan Penurunan Tekanan Darah Sistolik (Skala)
Menurunkan
Berat Badan
Memelihara Berat Badan Normal
(Indeks Massa Tubuh 18.5–24.9 kg/m2).
5-20 mmHg/ 10 kg penurunan Berat Badan
Melakukan pola diet berdasarkan DASH
Mengkonsumsi makanan yang kaya dengan buah-buahan, sayuran, produk makanan yang rendah lemak, dengan kadar lemak total dan saturasi yang rendah.
8 – 14 mmHg
Diet Rendah Natrium
Menurunkan Intake Garam sebesar 2-8 mmHg tidak lebih dari 100 mmol per-hari (2.4 gr Natrium atau 6 gr garam).
2-8 mmHg
Olahraga
Melakukan Kegiatan Aerobik fisik secara teratur, seperti jalan cepat (paling tidak 30 menit per-hari, setiap hari dalam seminggu).
4 – 9 mmHg
Membatasi Penggunaan Alkohol
Membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas ( 1 oz atau 30 ml ethanol; misalnya 24 oz bir, 10 oz anggur, atau 3 0z 80  whiski) per-hari pada sebagian besar laki-laki dan tidak lebih dari 1 gelas per-hari pada wanita dan laki-laki yang lebih kurus.
2 -4 mmHg
DASH, Pendekatan Diet Untuk Menghentikan Hipertensi
* Untuk semua penurunan resiko kardiovaskuler, berhenti merokok
† Efek implementasi dari modifikasi di atas bergantung pada dosis dan waktu, dan lebih baik pada beberapa orang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar