Cairan Kristaloid
1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
a. Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium
pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul protein besar ke
kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke
intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan
cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan untuk mengganti cairan
yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok
hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau cairan
ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar.
Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl,
ringer laktat, atau dekstrosa.
d. Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan
kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan ini juga
meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa
menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi :
hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan
pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer
dan edema paru.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.
2. Ringer Laktat (RL)
Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat :
keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi
elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung
cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah
dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma
darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi
untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan
untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik
termasuk syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia
dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat
yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.
3. Dekstrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan
resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama
dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai
sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.
4. Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan
kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL
(Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara
asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid
isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan
RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan
syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat
juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil
seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan
kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.
Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat
sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal
ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan
pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Ringer Asetat telah tersedia luas di
berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai pengganti
kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka
bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.
Manfaat pemberian loading cairan
pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson
dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat
(dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap
parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian
RA dapat mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral,
yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.
Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999)
mencoba membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap
metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki
asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat
terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut, sehingga umumnya para dokter
spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik karena
kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003)
memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel,
karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan
terjadinya edema otak.
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat
mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada
menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan
pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah
sistolik-diastolik).
Tabel I. Komposisi Beberapa Cairan Kristaloid
Cairan
|
Tonusitas
|
Na(mmol/l)
|
Cl(mmol/l)
|
K (mmol/)
|
Ca (mmol/l)
|
Glukosa (mg/dl)
|
Laktat (mmol/l)
|
Asetat (mmol/l)
|
NaCl 0,9 %
|
308 (isotonus)
|
154
|
154
|
|
|
|
|
|
½ Saline
|
154 (hipotonus)
|
77
|
77
|
|
|
|
|
|
Dextrose 5 %
|
253 (hipotonus)
|
|
|
|
|
5000
|
|
|
D5NS
|
561 (hipertonus
|
154
|
154
|
|
|
5000
|
|
|
D5 ¼NS
|
330 (isotonus)
|
38,5
|
38,5
|
|
|
5000
|
|
|
2/3 D & 1/3 S
|
Hipertonus
|
51
|
51
|
|
|
3333
|
|
|
Ringer Laktat
|
273 (isotonus)
|
130
|
109
|
4
|
3
|
|
28
|
|
D5 RL
|
273 (isotonus)
|
130
|
109
|
4
|
3
|
50
|
28
|
|
Ringer Asetat
|
273,4 (isotonus)
|
130
|
109
|
4
|
3
|
|
|
28
|
Cairan Koloid
Merupakan larutan yang terdiri dari
molekul-molekul besar yang sulit menembus membran kapiler, digunakan
untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil,
onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan
lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat
seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari membran
kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan
dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya
membutuhkan volume yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang.
Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma.
1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih
menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek
koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada
penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
· Pengganti volume
plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia, atau
hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis,
selulitis luas dan luka bakar.
· Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).
Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan
furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan serta
penurunan berat badan secara bersamaan.
· Hipoalbuminemia yang
merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi
besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan
ekskresi renal berlebih.
· Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP)
yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis memacu terjadinya
asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik bagi
bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan
albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.
Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.
2. HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi : Penggunaan HES
pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh
darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass,
dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF).
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES
pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat
digunakan pada pasien sepsis karena :
· Tingkat efikasi
koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap
bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan
permeabilitas.
· Pada syok
hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
· Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.
· HES juga mempunyai
kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi sepsis
yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis karena :
· Edema paru tetap
terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
· HES tidak dapat
meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada
pasien sepsis dengan hipovolemia.
· HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus, dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh: transplantasi ginjal).
· Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien dengan sepsis.
Adverse reaction :
HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.
3. Dextran
Komposisi : dextran
tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
· Penambah volume
plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
· Mempunyai efek anti
trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan
menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa
dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan
dengan gelatin dan HES.
Kontraidikasi : pasien
dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan
oliguria atau anuria yang parah.
Adverse Reaction :
Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering
dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi
molekul-molekul dextran pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran
menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.
Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.
4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan
tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki efek antikoagulan,
namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan hiperkalsemia.
Adverse reaction :
dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000
pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang
tinggi bila dibandingkan dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.
Cairan Khusus
MANNITOL
D-Manitol. C6H14O6
Indikasi
Menurunkan tekanan intrakranial yang
tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis pada pencegahan
dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan
tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik,
sebagai larutan irigasi genitouriner pada operasi prostat atau operasi
transuretral.
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis)
pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka
bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
· Na 130 mEq
· K 4 mEq
· Cl 109 mEq
· Ca 3 mEq
· Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
· Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
· Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
· Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
· Mempunyai efek vasodilator
· Pada kasus stroke
akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral
KA-EN 1B
Indikasi:
· Sebagai larutan awal
bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
· <>
· Dosis lazim 500-1000
ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam
(dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
· Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Komposisi :
Tiap 1000 ml isi mengandung
- sodium klorida 2,25 g
- anhidrosa dekstros 37,5 g.
- Elektrolit (meq/L) :
a. Na+ 38,5
b. Cl- 38,5
c. Glukosa 37,5 g/L.
d. kcal/L : 150
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
· Larutan rumatan
nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
· Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
· Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Kompisisi :
KA-EN 3A
Tiap liter isi mengandung
- sodium klorida 2,34 g
- potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g
- anhydrous dekstros 27 g.
- Elektrolit (mEq/L)
a. Na+ 60
b. K+ 10
c. Cl- 50
d. laktat- 20
e. glukosa : 27 g/L.
f. kcal/L : 108
KA-EN 3B
Tiap liter isi mengandung
- sodium klorida 1,75g,
- ptasium klorida 1,5g,
- sodium laktat 2,24g,
- anhydrous dekstros 27g.
- Elektrolit (mEq/L) :
a. Na+ 50,
b. K+ 20,
c. Cl- 50,
d. laktat- 20,
e. glukosa 27 g/L.
f. kcal/L. 108
KA-EN MG3
Indikasi :
· Larutan rumatan
nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
· Mensuplai kalium 20 mEq/L
· Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
Komposisi :
Tiap liter isi mengandung bahan :
- sodium klorida 1,75g,
- potassium klorida 1,5g,
- sodium laktat 2,24g,
- anhydrous dekstros 100g.
- Elektrolit (mEq/L) :
A. Na+ 50,
B. K+ 20,
C. Cl- 50,
D. laktat- 20,
E. glukosa 100 g/L;
F. kcal/L: 400
KA-EN 4A
Indikasi :
· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
· Tanpa kandungan
kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
· Na 30 mEq/L
· K 0 mEq/L
· Cl 20 mEq/L
· Laktat 10 mEq/L
· Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
· Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
· Na 30 mEq/L
· K 8 mEq/L
· Cl 28 mEq/L
· Laktat 10 mEq/L
· Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
· Untuk resusitasi
· Kehilangan Na > Cl, misal diare
· Sindrom yang
berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
Mengandung elektrolit mEq/L
· Na+ = 154
· Cl- = 154
Otsu-RL
Indikasi:
· Resusitasi
· Suplai ion bikarbonat
· Asidosis metabolik
Mengandung elektrolit mEq/L
· Na+ = 130
· Cl- = 108.7
· K+ = 4
· Ca++ = 2.7
· Laktat = 28
MARTOS-10
Indikasi:
· Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
· Keadaan kritis lain
yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
· Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
· Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
· Stres metabolik berat
· Luka bakar
· Infeksi berat
· Kwasiokor
· Pasca operasi
· Total Parenteral Nutrition
· Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
Komposisi
Setiap liter Amiparen isi mengandung
- L-leucine 14g,
- L-isoleucine 8g,
- L-valine 8g,
- lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),
- L-threonine 5,7g,
- L-tryptophan 2g,
- L-methionine 3,9g,
- L-phenylalanine 7g,
- L-cysteine 1g,
- L-tyrosine 0,5g,
- L-arginine 10,5g,
- L-histidine 5g,
- L-alanine 8g,
- L-proline 5g,
- L-serine 3g,
- aminoacetic acid 5,9g,
- L-aspartic acid 30 w/w%,
- total nitrogen 15,7g,
- sodium kurang lebih 2 mEq,
- acetate kira-kira 1220 mEq.
- Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
AMINOVEL-600
Indikasi:
· Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
· Penderita GI yang dipuasakan
· Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
· Stres metabolik sedang
· Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Komposisi :
Tiap liter Aminovel 600 berisi
- amino acid (L-form) 50g,
- D-sorbitol 100g,
- ascorbic acid 400mg,
- inositol 500mg,
- nicotinamide 60mg,
- pyridoxine HCl 40mg,
- riboflavin sodium phosphate 2,5mg,
- Elektrolit :
a. Sodium 35 mEq,
b. potassium 25 mEq,
c. magnesium 5 mEq,
d. acetate 35 mEq,
e. maleate 22 mEq,
f. chloride 38 mEq.
- Setiap 50g asam amino berisi :
a. L-isoleucine 3,2gram,
b. L-leucine 2,4g,
c. L-lysine (calculated as base) 2g,
d. L-methionine 3g,
e. L-phenylalanine 4g,
f. L-threonine 2g,
g. L-tryptophan 1g,
h. L-valine 3,2g,
i. L-arginine (calculated as base) 6,2g,
j. L-histidine (calculated as base) 1g,
k. L-alanine 6g,
l. glycine 14g,
m. L-proline 2g
PAN-AMIN G
Indikasi:
· Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
· Nutrisi dini pasca operasi
· Tifoid
Komposisi
Tiap liter infuse mengandung
- L-arginine HCl 2,7g,
- L-histidine HCl H2O 1,3g,
- L-isoleucine 1,8g,
- L-leucine 4,1g,
- L-lysine HCl 6,2g,
- L-methionine 2,4g,
- L-phenyilalanine 2,9g,
- L-threonine 1,8g,
- L-tryptophane 0,6g,
- L-valine 2g,
- glycine 3,4g,
- D-sorbitol 50g
- air.
TUTOFUSIN OPS
Per liter :
- Natrium 100 mEq,
- Kalium 18 mEq,
- Kalsium 4 mEq,
- Magnesium 6 mEg,
- Klorida 90 mEq,
- Asetat 38 mEq,
- Sorbitol 50 gram.
Indikasi :
o Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.
O Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan pasca operasi
O Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intraselular
o Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial
Kontraindikasi :
O Insufisiensi ginjal
O intoleransi Fruktosa & Sorbitol
O kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
O keracunan Metil alkohol.
Hati-hati pada :
O Penyakit ginjal atau jantung
O retensi cairan
O hipernatremia.